2.1 Sistem Komunikasi Interpersonal
Menurut Drs. Jalaluddin Rahmat, M.Sc. lewat bukunya
yang berjudul Psikologi Komunikasi, beliau menjelaskan tentang
sistem dalam komunikasi interpersonal seperti :
- Persepsi Interpersonal
- Konsep Diri
- Atraksi Interpersonal
- Hubungan Interpersonal
2.1.1
Persepsi
Interpersonal
Persepsi sosial kini telah
memperoleh konotasi baru sebagai proses mempersepsi objek-objek dan
peristiwa-peristiwa sosial. Untuk tidak mengaburkan istilah dan untuk menggarisbawahi
manusia (bukan benda) sebagai objek persepsi, disini digunakan istilah persepsi
interpersonal. Persepsi pada objek selain manusia kita sebut saja persepsi
objek.
Ada empat perbedaan antara persepsi
objek dengan persepsi interpersonal. Pertama, pada persepsi objek,
stimuli ditangkap oleh alat indera melalui benda-benda fisik; gelombang,
cahaya, gelombang suara, temperature, dan sebagainya; pada persepsi
interpersonal, stumuli mungkin sampai kepada seseorang melalui lambang-lambang
verbal atau grafis yang disampaikan pihak ketiga.
Kedua, dalam menanggapi objek, seseorang
hanya menanggapi sifat-sifat luar obyek itu; tapi tidak meneliti sifat-sifat
batiniyah obyek itu. Pada persepsi interpersonal mencoba memahami apa yang
tampak pada alat indera seseorang. Ketiga, ketika mempersepsi objek,
objek tidak bereaksi kepada seseorang; seseorang itu pun tidak memberikan
reaksi emosional padanya. Dalam persepsi interpersonal, faktor-faktor personal
anda, dan karakteristik orang yang ditanggapi serta hubungan anda dengan orang
tersebut, menyebabkan persepsi interpersonal sampai cenderung untuk keliru. Keempat,
objek relatif tetap, sedangkan manusia berubah-ubah. Persepsi interpersonal
yang berobjekkan manusia kemudian menjadi mudah salah.
2.1.1.1 Pengaruh Faktor-faktor
Situasional Pada Persepsi Interpersonal
Menurut eksperimen Solomon E. Asch,
bahwa kata yang disebutkan pertama akan mengarahkan penilaian selanjutnya.
Pengaruh kata pertama ini kemudian terkenal sebagai primacy effect. Menurut
teori Asch, ada kata-kata tertentu yang mengarahkan seluruh penilaian seseorang
tentang orang lain. Jika kata tersebut berada ditengah rangkaian kata maka
disebut central organizing trait.
Walaupun teori Asch ini menarik
untuk melukiskan bagaimana cara orang menyampaikan berita tentang orang lain
mempengaruhi persepsi seseorang tentang orang itu, dalam kenyataan jarang seseorang
melukiskan orang dengan menyebut rangkaian kata sifat. Biasanya mulai pada central
trait, menjelaskan sifat itu secara terperinci, baru melanjutkan pada
sifat-sifat yang lain.
Proksemik adalah studi tentang
penggunaan jarak dalam menyampaikan pesan; istilah ini dilahirkan oleh
antroplog intercultural Eward T. Hall. Hall membagi jarak kedalam empat corak;
jarak public, jarak sosial, jarak personal, dan jarak akrab. Jarak yang dibuat
individu dalam hubungannya dengan orang lain menunjukkan tingkat keakraban di
antara mereka.
Pertama, seperti Edward T. Hall,
disimpulkan bahwa keakraban seorang dengan orang lain dari jarak mereka,
seperti hasil yang diamati. Kedua, erat kaitannya dengan yang pertama,
menangapi sifat orang lain dari cara orang itu membuat jarak dengan seseorang. Ketiga,
caranya orang mengatur ruang mempengaruhi persepsi individu tentang orang
itu.
- Petunjuk Kinesik (Kinesic Cues)
Petunjuk kinesik adalah persepsi
yang didasarkan kepada gerakan orang lain yang ditunjukkan kepada seseorang.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa persepsi yang cermat tentang sifat-sifat
dari pengamatan petunjuk kinesik. Begitu pentingnya petunjuk kinesik, sehingga
apabila petunjuk-petunjuk lain (seperti ucapan) bertentangan dengan petunjuk
kinesik, orang mempercayai yang terakhir. Karena petunjuk kinesik adalah yang
paling sukar untuk dikendalikan secara sadar oleh orang yang menjadi stimuli
(selanjutnya disebut persona stimuli-orang yang dipersepsi; lawan dari persona
penanggap).
Diantara berbagai petunjuk non
verbal, petunjuk fasial adalah yang paling penting dalam mengenali perasaan persona
stimuli. Ahli komunikasi non verbal, Dale G. Leather (1976:21), menulis; “Wajah
sudah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi interpersonal. Inilah alat
yang sangat penting dalam menyampaikan makna. Dalam beberapa detik ungkapan
wajah dapat menggerakkan kita ke puncak keputusan. Ketika seseorang menelaah
wajah rekan dan sahabat kita untuk perubahan-perubahan halus dan nuansa makna
dan mereka,pada gilirannya, menelaah kita”.
Yang dimaksud paralinguistik ialah
cara orang mengucapkan lambang-lambang verbal. Jadi, jika petunjuk verbal
menunjukkan aoa yang diucapkan, petunjuk paralinguistik mencerminkan bagaimana
mengucapkannya. Ini meliputi tinggi-rendahnya suara, tempo bicara, gaya
verbal (dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan komunikasi atau
obrolan). Suara keras akan dipersepsi marah atau menunjukkan hal yang sangat
penting. Tempo bicara yang lambat, ragu-ragu, dan tersendat-sendat, akan
dipahami sebagai ungkapan rendah diri atau kebodohan.
Dialek yang digunakan menentukan
persepsi juga. Bila perilaku komunikasi (cara bicara) dapat memberikan petunjuk
tentang kepribadian persona stimuli, suara mengungkapkan keadaan emosional.
Petunjuk artifaktual meliputi segala
macam penampilan (appearance) sejak potongan tubuh, kosmetik yang
dipakai, baju, pangkat, badge, dan atribut-atribut lainnya. Bila seorang
individu mengetahui bahwa orang lain memiliki satu sifat (misalnya, cantik atau
jelek), beranggapan bahwa ia memiliki sifat-sifat tertentu (misalnya, periang
atau penyedih); ini disebut halo effect. Bila sudah menyenangi
seseorang, maka seseorang tersebut cenderung melihat sifat-sifat baik pada
orang itu dan sebaliknya.
2.1.1.2
Pengaruh Faktor-faktor Personal Pada
Persepsi Interpersonal
Persepsi interpersonal besar
pengaruhnya bukan saja pada komunikasi interpersonal, tetapi juga pada hubungan
interpersonal. Karena itu, keceramatan persepsi interpersonal akan sangat
berguna untuk meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal seseorang.
Beberapa cirri-ciri khusus penanggap yang ceramat adalah :
Pengalaman mempengaruhi kecermatan
persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman kita
bertambah juga melalui rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi. Inilah yang
menyebabkan seorang ibu segera melihat hal yang tidak beres pada wajah anaknya
atau pada petunjuk kinesik lainnya. Ibu lebih berpengalaman mempersepsi anaknya
daripada bapak. Ini juga sebabnya mengapa kita lebih sukar berdusta di depan
orang yang paling dekat dengan kita.
Proses konstruktif yang banyak
mewarnai persepsi interpersonal juga sangat banyak melibatkan unsur-unsur
motivasi.
Dalam psikoanalisis dikenal proyeksi,
sebagai salah satu cara pertahanan ego. Proyeksi adalah
mengeksternalisasikan pengalaman subjektif secara tidak sadar. Orang melempar
perasaan bersalahnya pada orang lain. Maling teriak maling adalah contoh
tipikal dari proyeksi. Pada persepsi interpersonal, orang mengenakan pada orang
lain sifat-sifat yang ada pada dirinya, yang tidak disenanginya. Sudah jelas,
orang yang banyak melakukan proyeksi akan tidak cermat menanggapi persona
stimuli, bahkan mengaburkan gambaran sebenarnya. Sebaliknya, orang yang
menerima dirinya apa adanya, orang yang tidak dibebani perasaan bersalah,
cenderung menafsirkan orang lain lebih cermat. Begitu pula orang yang tenang,
mudah bergaul dan ramah cenderung memberikan penilaian posoitif pada orang
lain. Ini disebut leniency effect (Basson dan Maslow, 1957).
2.1.1.3
Proses Pembentukan Kesan
Seorang guru ketika menghadapi
murid-muridnya yang bermacam-macam, ia akan mengelompokkan mereka pada
konsep-konsep tertentu; cerdas, bodoh, cantik, jelek, rajin, atau malas.
Penggunaan konsep ini menyederhanakan bergitu banyak stimuli yang diterimanya.
Tetapi, begitu anak-anak ini diberi kategori cerdas, persepsi guru terhadapnya
akan konsisten. Semua sifat anak cerdas akan dikenakan kepada mereka. Inilah
yang disebut stereotyping.
Stereotyping ini juga menjalaskan terjadinya primacy
effect dan halo effect yang sudah kita jelaskan dimuka. Primacy
effect secara sederhana menunjukkan bahwa kesan pertama amat menentukan;
karena kesan itulah yang menentukan kategori. Begitu pula, halo effect. Persona
stimuli yang sudah kita senangi telah mempunyai kategori tertentu yang positif,
dan pada kategori itu sudah disimpan semua sifat yang baik.
- Implicit Personality Theory
Memberikan kategori berarti membuat
konsep. Konsep “makanan” mengelompokkan donat, pisang, nasi, dan biscuit dalam
kategori yang sama. Konsep “bersahabat” meliputi konsep-konsep raman, suka
menolong, toleran, tidak mencemooh dan sebagainya. Disini mempunyai asumsi
bahwa orang ramah pasti suka menolong, toleran, dan tidak akan mencemooh.
Setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang sifat-sifat apa yang
berkaitan dengan sifat-sifat apa.
Konsepsi ini merupakan teori yang
dipergunakan orang ketika membuat kesan tentang orang lain. Teori ini tidak
pernah dinyatakan, kerena itu disebut implicit personality theory. Dalam
kehidupan sehari-hari, semua psikolog, amatir, lengkap dengan berbagi teori
kepribadian. Suatu hari anda menemukan pembantu anda sedang bersembahyang, anda
menduga ia pasti jujur, saleh, bermoral tinggi. Teori anda belum tentu benar,
sebab ada pengunjung masjid atau gereja yang tidak saleh dan tidak bermoral.
Atribusi adalah proses menyimpulkan
motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya
yang tampak (Baron dan Byrne, 1979:56). Atribusi boleh juga ditujukan pada diri
sendiri (self attribution), tetapi di
sini kita hanya membicarakan atribusi pada orang lain. Atribusi merupakan
masalah yang cukup poupuler pada dasawarsa terakhir di kalangan psikologi
sosial, dan agak menggeser fokus pembentukan dan perubahan sikap. Secara garis
besar ada dua macam atribusi: atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran.
2.1.1.4
Proses Pengelolaan Kesan (Impression
Management)
Kecermatan persepsi interpersonal
dimudahkan oleh petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal, dan dipersulit oleh
factor-faktor personal penangkap. Kesulitan persepsi juga timbul karena persona
stimuli berusaha menampilkan petunjuk-petunjuk tertentu untuk menimbulkan kesan
tertentu pada diri penangkap. Erving Goffman menyebut proses ini pengelolaan
kesan (Impression management).
Peralatan lengkap yang digunakan
untuk menampilkan diri ini disebut front. Front terdiri dari panggung (setting),
penampilan (appearance), dan gaya
bertingkah laku (manner). Panggung
adalah rangkaian peralatan ruang dan benda yang digunakan. Penampilan berarti
menggunakan petunjuk artifaktual. Gaya bertingkah laku menunjukkan cara seseorang
berjalan, duduk, berbicara, memandang, dan sebagainya.
2.1.1.5
Pengaruh Persepsi Interpersonal Pada
Komunikasi Interpersonal
Perilaku seseorang dalam komunikasi
interpersonal amat bergantung pada persepsi interpersonal. Karena persepsi yang
keliru, seringkali terjadi kegagalan dalam komunikasi. Kegagalan komunikasi
dapat diperbaiki bila orang menyadari bahwa persepsinya mungkin salah.
Komunikasi interpersonal akan menjadi lebih baik bila mengetahui bahwa persepsi
seseorang bersifat subjektif dan cenderung keliru.
2.1.2
Konsep
Diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita
tentang diri kita. Anita Taylor et al.
mendefinisikan konsep diri sebagai “all
you think and feel about you, the entire complex of beliefs and attitudes you
hold about yourself” (1997:98). Ada dua komponen konsep diri : komponen
kognitif dan komponen afektif. Dalam psikologi sosial, komponen kognitif
disebut citra diri (self image), dan
komponen afektif disebut harga diri (self
esteem).
Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal,
yaitu:
- Yakin akan kemampuan mengatasi
masalah;
- Merasa setara dengan orang lain;
- Menerima pujian tanpa rasa malu;
- Menyadari, bahwa setiap orang
mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya
disetujui oleh masyarakat;
- Mampu memperbaiki dirinya karena ia
sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan
berusaha mengubahnya.
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan
dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:
a)
Nubuat yang dipenuhi sendiri. Setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai
dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai
orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat
catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga
memperoleh nilai akademis yang baik.
b)
Membuka diri.
Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang
sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri
kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila
konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk
menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
c)
Percaya diri.
Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication
apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh
kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep
diri yang sehat menjadi perlu.
d)
Selektivitas.
Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri
mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif),
bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat
(ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian
pesan (penyandian selektif).
2.1.3
Atraksi
Interpersonal
Dean C Barlund seorang ahli komunikasi
interpersonal menulis “Menghindari garis-garis atraksi dan penghindaran
dalam sistem sosial, artinya mampu meramalkan dari mana pesan akan muncul, kepada
siapa pesan itu akan mengalir, dan bagaimana pesan itu akan di terima”
(Barlund, 1968:71).
Atraksi berasal dari bahasa Latin attrahere-ad :menuju; trahere; menarik. Artinya adalah kesukaan
pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang.
2.1.3.1 Faktor-faktor penyebab timbulnya Atraksi
Interpersonal, antara lain:
- Faktor personal
Faktor
personal sangat menentukan timbulnya atraksi sesorang dengan orang lain. Adapun
faktor-faktor personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal, adalah sebagai
berikut:
- Kesamaan karakteristik personal
Kesamaan karakteristik personal ditandai dengan kesamaan
dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat/status sosisal ekonomi, agama,
ideologi, dan lain-lain. Mereka yang memiliki kesamaan dalam hal-hal tadi,
cenderung menyukai satu sama lain.
- Tekanan
emosional (stres)
Orang yang
berada di bawah tekanan emosional, stres, bingung, cemas dan lain-lain akan
menginginkan kehadiran orang lain untuk membantunya, sehingga kecenderungan
untuk menyukai orang lain semakin besar.
- Harga
diri yang rendah
Orang yang
rendah diri cenderung mudah untuk menyukai orang lain. Orang yang merasa
penampilan dirinya kurang menarik akan mudah menerima persahabatan dari orang
lain.
- Isolasi
sosial
Sebagai makhluk
sosial, manusia mungkin tahan untuk hidup terasing selama beberapa waktu, namun
tidak untuk waktu yang lama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat
isolasi sosial sangat besar pengaruhnya terhadap kesukaan kita pada orang lain.
- Faktor-faktor situasional
Adapun
faktor-faktor situasional yang dapat memicu timbulnya atraksi interpersonal,
antara lain:
- Daya tarik fisik (physical
attractiveness)
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik fisik
seseorang sering menjadi penyebab utama atraksi interpersonal. Mereka yang
berpenampilan cantik menarik biasanya lebih mudah mendapat perhatian dan
simpati orang.
- Ganjaran (reward)
Pada umumnya seseorang akan menyukai orang yang memberikan
ganjaran pada dirinya. Ganjaran bisa berupa bantuan, dorongan moral, pujian
atau hal-hal yang meningkatkan harga diri kita.
- Familiarity
Seseorang atau hal-hal yang sudah kita kenal dan akrab
dengan kita biasanya lebih disukai daripada hal-hal atau orang yang masih asing
bagi kita. Contohnya adalah dengan penerapan teknik repetisi dalam iklan agar
kita semakin akrab dengan produk yang diiklankan sehingga akhirnya menyukai
produk tersebut.
- Kedekatan (proximity) atau
closeness
Hubungan kita dengan orang lain tergantung seberapa dekat
kita dengan orang tersebut. Sebagai contoh, sejumlah kasus menunjukkan bahwa
orang lebih menyukai orang lain berdekatan tempat tinggal dengannya.
- Kemampuan (competence)
Terdapat kecenderungan bahwa seseorang lebih menyukai orang
lain yang memiliki kemampuan lebih tinggi atau lebih berhasil dalam
kehidupannya daripada dirinya.
2.1.3.2 Komunikasi antarpribadi
dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal :
- Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita
terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional,
kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang,
kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara
positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat
karakteristiknya secara negatif.
- Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi
dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang
memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila
berkumpul dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita
tegang, resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari
komunikasi.
2.1.4
Hubungan
Interpersonal
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan
interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan
kita dipahami, tetapi hubungan di antara komunikan menjadi rusak. Anita Taylor
et al. (1997:187) mengatakan Komunikasi
interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan interpersonal
barangkali yang paling penting.
Banyak
penyebab dari rintangan komunikasi berakibat kecil saja bila ada hubungan baik
diantara komunikan. Sebaliknya, pesan yang paling jelas, paling tegas, dan
paling cermat tidak dapat menghindari kegagalan, jika terjadi hubungan yang
jelek.
Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal,
kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi
komunikasi interpersonal adalah:
- Percaya (trust)
Secara
ilmiah, percaya didefinisikan sebagai “mengandalkan perilaku orang untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam
situasi yang penuh risiko” (Giffin, 1967:224-234). Dari definisi tersebut,
terdapat tiga unsur percaya:
- Ada
situasi yang menimbulkan risiko
- Orang
yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa
akibat-akibatnya bergantung pada perilaku orang lain
- Orang
yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya.
Percaya kepada orang lain dipengaruhi oleh
faktor-faktor personal dan situasional. Disamping faktor-faktor personal, ada
tiga faktor yang berhubungan dengan sikap percaya :
a) Karakteristik dan maksud orang lain, artinya orang akan
menaruh kepercayaan kepada seseorang yang dianggap memiliki kemampuan, keterampilan, pengalaman dalam bidang
tertentu. Orang itu memiliki sifat-sifat bisa diduga, diandalkan, jujur dan
konsisten.
b) Hubungan kekuasaan, artinya percaya
tumbuh apabila seseorang mempunyai
kekuasaan terhadap orang lain, maka orang itu patuh dan tunduk.
c) Sifat
dan kualitas komunikasi, mengambarkan adanya keterbukaan. Bila maksud dan tujuan
sudah jelas, harapan sudah dinyatakan, maka sikap percaya akan muncul.
- Sikap Suportif
Sikap
suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi.
Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan,
kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif dan sebagainya) atau
faktor-faktor situasional. Beberapa
ciri perilaku suportif yaitu:
a) Evaluasi
dan Deskripsi. Evaluasi
artinya penilaian terhadap orang lain; memuji atau mengecam. Deskripsi artinya
penyampaian perasaan dan persepsi seseorang tanpa menilai. Maksudnya, kita tidak perlu memberikan kecaman atas
kelemahan dan kekurangannya.
b) Kontrol dan Orientasi
Masalah. Perilaku
kontrol artinya berusaha untuk mengubah orang lain, mengendalikan perilakunya,
mengubah sikap, pendapat dan tindakannya. Orientasi masalah sebaliknya adalah mengkomunikasikan keinginan untuk kerja sama, mencari
pemecahan masalah. Mengajak orang lain bersama-sama menetapkan tujuan dan menentukan cara mencapai tujuan.
c) Strategi dan Spontanitas.
Strategi adalah penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk mempengaruhi
orang lain. Spontanitas artinya sikap
jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang terpendam.
d) Netralitas dan Empati.
Netralitas berarti memperlakukan orang lain tidak sebagai persona, melainkan
sebagai objek. Bersikap netral menunjukkan sikap tak acuh, tidak menghiraukan
perasaan dan pengalaman orang lain. Empati menganggap orang lain sebagai persona.
e) Superioritas dan Persamaan.
Superioritas artinya sikap menunjukkan seseorang lebih tinggi atau lebih baik
dari orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual, kekayaan atau
kecantikan. Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal
dan demokratis. Dalam sikap persamaan, seseorang tidak mempertegas perbedaan, komunikasi tidak melihat
perbedaan walaupun status berbeda, penghargaan dan rasa hormat terhadap
perbedaan-perbedaan pandangan dan keyakinan.
f)
Kepastian
dan Provisionalisme. Orang yang memiliki kepastian bersifat
dogmatis, ingin menang sendiri, dan melihat pendapatnya sebagai kebenaran
mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. Provisionalisme adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat sendiri.
- Sikap terbuka
Sikap terbuka (open-mindedness) sangat besar
pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Lawan dari
sikap terbuka adalah dogmatisme. Berikut ini adalah contoh-contoh karakteristik
orang yang dogmatis atau bersikap tertutup :
a)
Menilai pesan berdasarkan motif pribadi
b)
Berpikir simplistis, artinya tidak
sanggup membedakan yang setengah benar setengah salah, yang tengah-tengah.
c)
Berorientasi pada sumber
d)
Mencari informasi dari sumber sendiri
e)
Secara kaku mempertahankan dan membela
sistem kepercayaannya
f)
Tidak mampu membiarkan inkonsistensi.
Sumber :
Rakhmat,
Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi.
Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya