1.
PLATO
: “CINTA KEPADA SANG BAIK”
Dasar Teori
: Menurut Plato, orang baik itu apabila ia DIKUASAI oleh AKAL BUDI, buruk
apabila ia dikuasai oleh keinginan dan hawa nafsu. Bagi plato orang yang
mengikuti akal budi adalah orang yang berorientasi kepada realitas yang
sebenarnya. Idea Yang Baik adalah Sang Baik
sendiri, realitas yang tertinggi. Sang baik itu adalah tujuan dari segala yang ada. Sang Baik itu oleh
Plato disebut Yang Ilahi. Karena itu, manusia menurut Plato akan mencapai
puncak eksistensinya apabila ia terarah kepada Yang Ilahi.
Konsep Etika
: Etika adalah hal kebijaksanaan. Merupakan sarana ampuh untuk mengantar orang
hidup etis. Bagaimana seseorang hidup tergantung pada pengertian tentang
dirinya dalam kesatuan dengan seluruh kosmos (alam raya) dan realitas.
Kelemahan : Kebaikan dari yang baik tidak lagi
dihayati manusia modern, paham kewajiban, yang pada plato tidak penting,
menjadi sangat dominan dan sekaligus menimbulkan pertanyaan apa yang sebenarnya
merupakan kewajiban manusia dan mengapa ia harus memenuhinya.
Kelebihan : Menurut plato, orang yang mengejar yang
baiklah yang bahagia. Orang yang mau bahagia mengarahkan diri kepada yang baik
dan melakukan kewajibannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.
ARISTOTELES
: “MENUJU KEBAHAGIAAN”
Dasar Teori : Aristoteles menjelaskan dengan kemampuan
akal budi manusia untuk membuat abstraksi,
untuk mengangkat bentuk-bentuk universal dari realitas empiris individual.
Pendekatan Aristoteles adalah empiris. Ia bertolak dari realitas nyata indrawi.
Itulah sebabnya ia begitu mementingkan penelitian di alam dan mendukung
pengembangan ilmu-ilmu kkusus. Menurut Aristoteles tujuan terakhir manusia
adalah kebahagiaan. Kebahagiaan bernilai bukan demi suatu nilai lebih tinggi
lainnya, melainkan demi dirinya sendiri.
Konsep Etika : Menurut Aristoteles, orang yang hanya dapat
di ajari etika apabila ia sudah memahami sikap etis. Lingkaran hermeneutis : “kita
hanya dapat diajari kehidupan yang etis apabila kita sebenarnya sudah tahu apa
itu kehidupan yang etis. Yang khas bagi etika Aristoteles adalah kaitan yang
erat antara ETIKA, PRAXIS, dan POLITIK.
Kelemahan :
Aristoteles menolak pandangan pragmatis. Secara empiris, bahwa kekayaan
tidak menjamin kebahagiaan. Bahwa ia bukan hanya menyangkal kebenaran anggapan
bahwa PENCARIAN NIKMAT merupakan tujuan hidup manusia, melainkan juga
merumuskan argumentasi yang pada hakikatnya sekarang pun masih meyakinkan.
Kelebihan
: Aristoteles membahas
sekurang-kurangnya sebelas keutamaan, yaitu keberanian, penguasaan diri,
kemurahan hati, kebesaran hati, budi luhur, harga diri, sikap lemah lembut,
kejujuran, keberdaban, keadilan dan persahabatan.
3.
EPIKUROS
: “ETIKA SEBAGAI SENI HIDUP”
Dasar Teori
: Zaman Epikuros adalah permulaan HELENISME. Bukan filsafat melainkan cita-cita
si bijaksana, ho sophos, yang menentukan pemikiran Helenis. Aliran Epikuros
lebih menekankan sekolah kebijaksanaan hidup daripada kebijaksanaan dunia. Ciri
khas fisafat Epikuros adalah penarikan diri dari hidup ramai. Semboyannya
adalah “hidup dalam kesembunyian.”
Konsep Etika : Kebahagiaan dan inti ajaran moral
Epikuros, terdiri dalam nikmat.
Epikuros sangat
menegaskan kebijaksanaan (phronesis).
Hedonisme Epikuros menganjurkan agar manusia menguasai diri.
Kelemahan
: tidak melibatkan unsur Tuhan dalam
mencapai kebahagiaan.
Kelebihan : Orang bijak akan hidup sedemikian
rupa hingga ia sehat dan tenang jiwanya, karena pada dasarnya manusia hanya
memerlukan dua hal untuk hidup bahagia: kebebasan dari perasaan sakit badani
dan perasaan takut dan resah (di mana, kelihatan bahwa Epikuros menganut
pandangan hedonisme psikologis.
4.
STOA
: “KETENANGAN ORANG BIJAKSANA”
Dasar Teori : Pandangan
dunia Stoa adalah monistik : dunia itu sekaligus materiil, ilahi dan rasional.
Menurut Stoa, seluruh realitas pada hakikatnya bersifat materiil. Segala yang
ada bersifat bendawi. Kosmos, alam semesta itu diresapi seluruhnya oleh logos,
akal budi ilahi.
Konsep Etika : Etika
Stoa dapat dipahami sebagai seni hidup yang menunjukan jalan ke kebahagiaan.
Stoa mengharapkan kebahagiaan dari keberhasilan hidup manusia. Prinsip dasar
etika Stoa adalah penyesuaian diri dengan hukum alam (OIKEIOSIS) yang berarti
“mengambil sebagai milik”. Artinya, dalam proses penyesuaian itu manusia,
langkah demi langkah menjadikan alam semesta sebagai miliknya, yang pertama
tubuhnya sendiri, lalu lingkungan dekat, akhirnya seluruh realitas.
Kelemahan : Stoa
gagal menggapai sikap-sikap moral yang paling luhur, ia juga gagal menawarkan
kebahagian sebenarnya. Kebahagiaan itu lebih dari sekadar autarkia dan
kebebasan dari keresahan.
Kelebihan : Stoa-lah
yang mampu berfikir dalam wawasan umat manusia dan menganggap segenap orang
sebagai anggota persaudaraan umat manusia. (Humanisme etika). Tanda kebijaksanaan yang sejati
adalah bahwa manusia menerima dengan tenang dan positif keterkaitannya dengan
hukum kodrat.
5.
AUGUSTINUS
: “CINTAILAH DAN LAKUKANLAH APA YANG KAU KEHENDAKI”
Dasar Teori
: Aliran MANIKEISME, suatu aliran berasal dari persia yang ajarannya
duralistik. Aliran ini menyatakan bahwa realitas terdiri atas dua prinsip
dasar: yang baik, yaitu cahaya, Allah, atau roh dan yang jahat, kegelapan atau
materi.
Konsep Etika
: Bagi Augustinus hidup yang baik dalam arti moral adalah hidup menuju
kebahagiaan. Etika dalam pengertian Augustinus adalah ajaran tentang hidup
bahagia. Menurut Augustinus, kita dengan sendirinya tertarik kepada yang baik. Bahwa
manusia mempunyai kehendak yang bebas berarti bahwa manusia dapat memilih antara
yang baik dan yang buruk. Menurut Augustinus, Allah melihat hati orang, dan
hati orang itulah yang menentukan. Yang menentukan itulah sikap dan maksud
batin. Dalam etika Augustinus, tiga unsur kunci yaitu : KEWAJIBAN MORAL,
IDENTITAS DIRI, KEBAHAGIAAN.
Kelemahan
: Kehendak manusia dari dalam diperlemah oleh daya tarik NAFSU-NAFSU RENDAH (Concupiscentia). Manusia sendiri
menurut Augustinus tidak dapat menyelamatkan diri dari nafsu-nafsu rendah itu.
Kehendaknya sudah terlalu lemah.
Kelebihan
: kemantapan kehendak manusia dalam sikap-sikap baik, jadi kebebasan kehendak
dari keterikatan pada Concupiscentia.
6.
THOMAS
AQUINAS : “KEBAHAGIAAN DAN HUKUM KODRAT”
Dasar Teori
: Thomas Aquinas berhasil mempersatukan ajaran-ajaran Augustinus. Thomas
Aquinaslah yang menjadikan Aristoteles dasar pemikiran nya, tetapi dengan tidak
menyingkirkan gagasan dasar Augustinus. Ia memperlihatkan bahwa atas dasar
kerangka pikiran Aristoteles teologi Augustinus dapat diberi pendasaran yang
lebih mantap.
Konsep Etika
: Etika Thomas Aquinas bersifat EUDEMONISTIK dan TEONOM. Eudemonistik karena
dengan hidup menurut hukum kodrat kita dapat semakin bahagia; dan teonom karena
kita sekaligus taat kepada hukum abadi, hukum Allah).
Etika
Thomas adalah etika yang berkaitan erat dengan iman kepercayaan kepada Allah
pencipta, bahwa etika itu memungkinkan orang menemukan garis hidup yang masuk
akal tanpa mengandalkan kepercayaan atau keyakinan agama tertentu.
Kelemahan
: Tidak terletak dalam polanya, melainkan dalam paham-pahamnya. Kodrat manusia
terdiri atas apa? Pertanyaan ini pertanyaan kunci karena daripadanya tergantung
bagaimana manusia harus hidup.
Kelebihan :
Adalah bahwa dia tidak sekedar merupakan etika peraturan. Artinya moralitas
dianggap sebagai sederetan peraturan yang diberikan Tuhan dan karena itu harus
di taati oleh manusia.
7.
BARUCH
SPINOZA : “TUHAN atau ALAM”
Dasar Teori
: Segala apa yang ada adalah satu dan sama. Oleh karena itu, filsafat Spinoza
merupakan FILSAFAT IDENTITAS. Oleh karena itu, mengapa Spizoa disebut ateis: ia
tidak mengakui adanya Allah dalam arti biasa, sebagai “pencipta alam”, yang
bisa juga tanpa alam. Lebih tepat ia disebut penganut PANTEISME yang MONISTIK,
yaitu pengertian bahwa Allah adalah segala-galanya, tak terpisah, sedemikian
rupa hingga antara Allah dan alam tidak mungkin diadakan pemisah sedikitpun.
Ajaran itu memutlakkan imanensi dan menyangkal trasendensi.
Konsep Etika
: Manusia adalah bagian alam, apa yang dialaminya merupakan kejadian niscaya,
dengan kepastian hukum-hukum ilmu ukur. Jiwa dan badan, roh dan tubuh adalah
sama. Disini etika Spinoza mencapai puncaknya. Etika Spinoza adalah etika orang
dalam kesendirian. Semua sikap akhirnya hanya mengacu kepada ketenangan yang
dicapai, segi orang lain yang menantang kita, merangsang kita untuk membuka
hati, membebaskan diri dari kesempitan diri kita sendiri, itu semua tidak
mendapat tempat.
Kelemahan :
Secara konsekuen Spinoza menyangkal adanya teleology dalam alam: tak ada yang
terjadi demi pencapaian tujuan tertentu. Segala yang
terjadi berdasarka causalitas efficiens, sebab-sebab
kausal yang mutlak. Dampak pemikiran Spinoza pada filsafat Barat selanjutnya
hamper tidak dapat dilebih-lebihkan meskipun membutuhkan lebih dari seratus
tahun sebelum menyatakan diri.
Kelebihan
: Spinoza mengembangkan filsafatnya secara apriori, dengan “cara ilmu ukur” (more geometric). Karena itu, jiwa
filsafat Spinoza terletak dalam ajarannya tentang KENISCAYAAN MUTLAK. Karena segala
yang ada merupakan uraian mutlak Allah yang mutlak pada diri sendiri dan tidak
ada unsur kebetulan sedikitpun.
8.
JOSEPH
BUTLER : “CINTA DIRI TENANG”
Dasar Teori
: Distingsi antara dorongan-dorongan spontan di satu pihak baik yang merusak
maupun yang positif dan mendukung sikap baik terhadap orang lain serta
pertimbangan rasional dan “cinta diri tenang” di lain pihak, serta relevansi
distingsi itu dibagi penilaian terhadap moralitas merupakan salah satu penemuan
besar dalam teori etika. Yang merendahkan dan sering sampai menghancurkan
manusia bukanlah perhatian terhadap kepentingannya, melainkan kalau ia
membiarkan diri dikuasai oleh nafsu-nafsu. Karena itu, Butler mengatasi
moralisme yang selalu hanya menekankan kebaikan terhadap orang lain dan tidak memberikan
tempat bagi perhatian wajar terhadap dirinya sendiri.
Konsep Etika : Butler
disebut karena ia berhasil menyingkap beberapa pandangan filsafati serta
menjelaskan beberapa struktur dalam manusia yang relevan bagi etika. Butler
memperhatikan bahwa setiap dorongan batin mempunyai objeknya sendiri, yang
sering kaitanya dengan kepentingan kita, misalnya nafsu dendam untuk membalas
tidak memperhatikan apakah hal itu bijaksana atau tidak.
Kelemahan
: Kelemahan tentang teori perasaan moral adalah bahwa suatu perasaan hanyalah
sebuah kesan, sebuah kenyataan factual belaka.
Kelebihan :
Salah satu jasa Butler adalah ia mengatasi anggapan bahwa moralitas pada
hakekatnya merupakan perasaan. Moralitas pada hakikatnya bukan perasaan,
melainkan kemampuan untuk merefleksi.
9.
DAVID
HUME : “PERASAAN MORAL”
Dasar teori : Menurut Hume, segala isi kesadaran
berasal dari pengalaman indrawi. Hanya ada dua macam pengertian, yaitu
pengalaman indrawi, baik dari luar maupun perasaan-perasaan batin, yang
disebutnya impressions dan isi-isi
hasil asosiasi impresi-impresi itu, yang disebutnya ideas atau gagasan.
Konsep Etika : Sesuai dengan sikapnya yang empiristik, Hume
menolak segala sistem etika yang tidak berdasarkan fakta-fakta dan
pengamatan-pengamatan empiris. Pendekatan empiristik Hume itu membawa implikasi
langsung bahwa tidak ada dasar untuk bicara tentang “keharusan moral”.
Kelemahan
: Ketidakmampuan Hume untuk menangani pertanyaan etika normatif secara memadai
berdasarkan apriori teoretisnya, yaitu bahwa pengetahuan sah terbatas pada
pengalaman empiris.
Kelebihan
: Hume tampaknya menunjukan bahwa satu-satunya nilai positif adalah perasan
nikmat, sedangkan semua nilai lain dapat dikembalikan kepada nikmat, seperti
nilai kegunaan, atau dibuang sebagai nilai semu saja.
10. IMMANUEL KANT : “HUKUM MORAL DI
BATINKU”
Dasar teori : Karya kritis pertama Kant adalah kritik
terhadap Akal Budi Murni. Dalam bukunya Kant melakukan “revolusi Kopernikan di
bidang filsafat”: sebagaimana kopernikus menjatuhkan gambaran dunia tradisional
dengan mempermaklumkan bahwa bukan matahari yang mengitari bumi melainkan bumi
yang mengitari matahari, begitu pula Kant memutarbalikan paham tradisional
tentang pengertian.
Konsep etika : Kant mengandaikan paham kebaikan moral itu.
Ia membuka penyelidikannya dengan sebuah pernyataan tentang apa yang baik tanpa
pembatasan sama sekali. Yang baik tanpa pembatasan sama sekali hanyalah satu,
KEHENDAK BAIK. Kehendak baik itu selalu baik dan dalam kebaikannya tidak
tergantung pada sesuatu di luarnya.
Kelemahan
: Etika Kant sejak semula sudah dituduh merupakan RIGORISME, artinya berlebihan
kerasnya. Tuduhan itu mengacu kepada tuntutan Kant agar kewajiban dilakukan
bukan karena hati kita tergerak, melainkan semata-mata demi keajiban.
Kelebihan
: Dikatakan bahwa kebebasan –dan itu baru disadari di zaman modern-merupakan
nilai yang berupa syarat bagi kebernilaian semua nilai lain.
11. ARTHUR SCHOPENHAUER : “BELAS KASIH
dan PENYANGKALAN DIRI”
Dasar Teori
: Bagi Schopenhauer, bidang noumenal itu
bukan sebuah Ding an sich, melainkan kehendak dan kehendak merupakan realitas
transcendental, artinya realitas noumenal, dibelakang realitas fenomenal atau
empiris yang kita rasakan. Dunia adalah kehendak atau bayangan. Kehendak adalah
realitas noumenal sebagai dasar, bayang-bayangan adalah penjabaran dialam
fenomenal. Schopenhauer membahas tentang
Principum individuations, yaitu prinsip pengindividuasian yang menyabarpecahkan
kehendak transendentaldalam ruang dan waktu dimana segala apa yang terjadi
hanya dapat dipahami melalui prinsip
sebabyang mencukupi menurut prinsip kausal. Menurutnya perasaan kita dengan
bebas menentukan diri kita sendiri merupakan ilusi dan kita sendiri tidak
memiliki kehendak bebas.
Konsep Etika
: Titik tolak etika Schopenhauer adalah situasi dimana manusia menemukan diri.
Menurutnya hidup adalah menderita. Tak ada tujuan yang memuaskan kita. Kita
senantiasa resah, dasar keresahan adalah ketidaksesuaian dinamika kehendak yang
semesta dengan tujuan-tujuan empiris yang terbatas,kepadanya kehendak kita
diarahkan. Etika Arthur Schopenhauer adalah etika penebusan. Untuk penebusan
Arthur Schopenhauer menawarkan dua pilihan 1. Hanya untuk sementara (adalah
seni. Orang yang genial,sang jenius, mampu untuk komntemplasi estetik), 2.
Sebgai jalan definitive. Hakikat kehidupan adalah penderitaan karena kehidupan
adalah ketaktersampaian. Sumber segala malapetaka adlah hidup itu sendiri.
Penebusan manusia adalah penyngkalan diri. Kita harus berhenti mau hidup. Etika
itu menuntut agar manusia melakukan matiraga, agar bertapa sehingga dapat
membebaskan diri dari keterikatan pada dirinya sendiri. Arthur Schopenhauer
menolak bunuh diri. Menurutnya itu adalah tindakan yang dimotivasi oleh
ketakutan, justru bukan penjelmaan sikap pelepasan diri. Dia menegaskan bahwa
etika harus bersih dari harapan atas ganjaran.
Kelemahan
: Secara eksplisit memusuhi hidup. Titik tolaknya pengandaian pesimistikbahwa
sumber segala penderitaan manusia adalah kehendak. Anggapan bahwa hidup sendiri
adalah dosa asal. Etikanya berpusat pada penyangkalan diri.
Kelebihan
: Adanya ajaran belas kasih sebagai sikap dasar moral terhadap orang lain.
Berhasil merumuskan arah pemikiran filosofis yang menunjuk kemasa depan.
12. JOHN STUART MILL : “PRINSIP KEGUNAAN”
Dasar Teori
: Utilitarisme bertolak dari situasi dimana berhadapan dengan pelbagai
kemungkinan untuk bertindak dan kita
tidak tahu akternatif mana yang akan kita pilih. Tolak ukur tindakan bermoral terdiri
dari empat yaitu : Deontologist yaitu moralitas suatu tindakan melekat pada
tindakan itu sendiri. Apa yang baik bagi dirinya sendiri.
Prinsip
utilitarisme adalah pencarian nikmat yang merupakan tolak ukur moralitas dan
sebagai penolakan terhadap anggapan bahwa tujuan manusia adalah nikmat jasmani.lebih
menguntungkan dilihat dari kepentingan.
Kelemahan :
Masalah yang terbesar adalah bahwa ia tidak memuat prinsip tentang pembagian
manfaat yang mau dicapai.
Kelebihan
: Utilitarisme dapat mengatasi tentang dua prinsip moral yang saling
bertentangan, menurut perasaan moral, prinsip-prinsip moral kadang-kadang ada
kecualinya yaitu dengan membuat anggapan tentang perbuatan mana yang lebih
menguntungan dilihat dari kepentingan semua yang bersangkutan.
13. FRIEDRICH NIETZSCHE : “MORALITAS
TUAN LAWAN MORALITAS BUDAK”
Dasar teori
: Nietzsche secara fanatik menyangkal adanya Allah bukan berdasarkan
pertimbangan filosofis-rasional, malinkan karena dengan adanya Allah ia tidak
melihat ruang bagi pengembangan diri manusia (gagasan ini kemudian menjadi inti
ateisme Sartre). Moralitas kristiani oleh Nietzsche dianggap MORALITAS khas
BUDAK. MORALITAS BUDAK adalah moralitas orang kecil, masal, lemah, moralitas
orang yang tidak mampu untuk bangkit dan menentukan hidupnya sendiri dan oleh
karena itu lalu merasa sentimen atau iri terhadap mereka yang mampu, yang kuat.
Untuk melawan moralitas budak itu, Nietzsche menempatkan MORALITAS TUAN. Dalam
moralitas manusia tuan, ’baik’ adalah sama dengan ‘luhur’ dan ‘buruk’ sama
dengan ‘hina’. Kritik Nietzsche terhadap pelbagai kebohongan dan kepalsuan
dalam budaya masyarakat borjuis, termasuk budaya berpikir dan berfilsafat.
Kelebihan
: Analisis Nietzsche dapat membuat kita menjadi lebih kritis terhadap mutu
kualitas kita sendiri.
Kelemahan
: Sulit untuk menghindari kecurigaan bawa contoh terbaik kemungkinan distorsi
moralitas oleh sentimen adalah Nietzscge itu sendiri.
*Rangkuman
Tugas Etika & Filsafat Komunikasi*
#Sumber
buku : Penerbit Kanisius 1997
2 komentar:
postingnya sangat bagus, sangat membantu para pembaca untuk memahami sekilas pemikiran etis filosofis para filsuf khususnya filsuf yang anda postingkan. membaca posting ini kita diajak untuk berpikir dan bertindak secara etis dan bagaimana bersikap kepada yang lain sebagai engkau (relasi aku-engkau, martin buber).
kak,,boleh saya minta tolong sama kaka?? kak, di mana saya boleh menemukan buku etika agustinus (bertanggungjawab terhadap yang lain dan tentang hidup bahagia), robert spaemann, 2000, happines and benefolence.
ada sama kaka? atau kaka tau keberadaannya di mana?
kak,,tolong bantu aku ya...! pleaseee!!!
mungkin bisa diterakna dari mana sumber bacaan yang anda ambil sebagai rujukan tulisan anda
Posting Komentar