Jumat, 05 Oktober 2012

13 TOKOH ETIKA



1.      PLATO : “CINTA KEPADA SANG BAIK”
Dasar Teori : Menurut Plato, orang baik itu apabila ia DIKUASAI oleh AKAL BUDI, buruk apabila ia dikuasai oleh keinginan dan hawa nafsu. Bagi plato orang yang mengikuti akal budi adalah orang yang berorientasi kepada realitas yang sebenarnya. Idea Yang Baik adalah Sang Baik sendiri, realitas yang tertinggi. Sang baik itu adalah tujuan  dari segala yang ada. Sang Baik itu oleh Plato disebut Yang Ilahi. Karena itu, manusia menurut Plato akan mencapai puncak eksistensinya apabila ia terarah kepada Yang Ilahi.
Konsep Etika : Etika adalah hal kebijaksanaan. Merupakan sarana ampuh untuk mengantar orang hidup etis. Bagaimana seseorang hidup tergantung pada pengertian tentang dirinya dalam kesatuan dengan seluruh kosmos (alam raya) dan realitas.
Kelemahan     : Kebaikan dari yang baik tidak lagi dihayati manusia modern, paham kewajiban, yang pada plato tidak penting, menjadi sangat dominan dan sekaligus menimbulkan pertanyaan apa yang sebenarnya merupakan kewajiban manusia dan mengapa ia harus memenuhinya.
Kelebihan       : Menurut plato, orang yang mengejar yang baiklah yang bahagia. Orang yang mau bahagia mengarahkan diri kepada yang baik dan melakukan kewajibannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.      ARISTOTELES : “MENUJU KEBAHAGIAAN”
Dasar Teori    : Aristoteles menjelaskan dengan kemampuan akal budi manusia untuk membuat abstraksi, untuk mengangkat bentuk-bentuk universal dari realitas empiris individual. Pendekatan Aristoteles adalah empiris. Ia bertolak dari realitas nyata indrawi. Itulah sebabnya ia begitu mementingkan penelitian di alam dan mendukung pengembangan ilmu-ilmu kkusus. Menurut Aristoteles tujuan terakhir manusia adalah kebahagiaan. Kebahagiaan bernilai bukan demi suatu nilai lebih tinggi lainnya, melainkan demi dirinya sendiri.
Konsep Etika : Menurut Aristoteles, orang yang hanya dapat di ajari etika apabila ia sudah memahami sikap etis. Lingkaran hermeneutis : “kita hanya dapat diajari kehidupan yang etis apabila kita sebenarnya sudah tahu apa itu kehidupan yang etis. Yang khas bagi etika Aristoteles adalah kaitan yang erat antara ETIKA, PRAXIS, dan POLITIK.
Kelemahan     :   Aristoteles menolak pandangan pragmatis. Secara empiris, bahwa kekayaan tidak menjamin kebahagiaan. Bahwa ia bukan hanya menyangkal kebenaran anggapan bahwa PENCARIAN NIKMAT merupakan tujuan hidup manusia, melainkan juga merumuskan argumentasi yang pada hakikatnya sekarang pun masih meyakinkan.
Kelebihan       : Aristoteles membahas sekurang-kurangnya sebelas keutamaan, yaitu keberanian, penguasaan diri, kemurahan hati, kebesaran hati, budi luhur, harga diri, sikap lemah lembut, kejujuran, keberdaban, keadilan dan persahabatan.

3.      EPIKUROS : “ETIKA SEBAGAI SENI HIDUP”
Dasar Teori : Zaman Epikuros adalah permulaan HELENISME. Bukan filsafat melainkan cita-cita si bijaksana, ho sophos, yang menentukan pemikiran Helenis. Aliran Epikuros lebih menekankan sekolah kebijaksanaan hidup daripada kebijaksanaan dunia. Ciri khas fisafat Epikuros adalah penarikan diri dari hidup ramai. Semboyannya adalah “hidup dalam kesembunyian.”
Konsep Etika : Kebahagiaan dan inti ajaran moral Epikuros, terdiri dalam nikmat. Epikuros sangat menegaskan kebijaksanaan (phronesis). Hedonisme Epikuros menganjurkan agar manusia menguasai diri.
Kelemahan : tidak melibatkan unsur Tuhan dalam mencapai kebahagiaan.
Kelebihan : Orang bijak akan hidup sedemikian rupa hingga ia sehat dan tenang jiwanya, karena pada dasarnya manusia hanya memerlukan dua hal untuk hidup bahagia: kebebasan dari perasaan sakit badani dan perasaan takut dan resah (di mana, kelihatan bahwa Epikuros menganut pandangan hedonisme psikologis.

4.      STOA : “KETENANGAN ORANG BIJAKSANA”
Dasar Teori : Pandangan dunia Stoa adalah monistik : dunia itu sekaligus materiil, ilahi dan rasional. Menurut Stoa, seluruh realitas pada hakikatnya bersifat materiil. Segala yang ada bersifat bendawi. Kosmos, alam semesta itu diresapi seluruhnya oleh logos, akal budi ilahi.
Konsep Etika : Etika Stoa dapat dipahami sebagai seni hidup yang menunjukan jalan ke kebahagiaan. Stoa mengharapkan kebahagiaan dari keberhasilan hidup manusia. Prinsip dasar etika Stoa adalah penyesuaian diri dengan hukum alam (OIKEIOSIS) yang berarti “mengambil sebagai milik”. Artinya, dalam proses penyesuaian itu manusia, langkah demi langkah menjadikan alam semesta sebagai miliknya, yang pertama tubuhnya sendiri, lalu lingkungan dekat, akhirnya seluruh realitas.
Kelemahan : Stoa gagal menggapai sikap-sikap moral yang paling luhur, ia juga gagal menawarkan kebahagian sebenarnya. Kebahagiaan itu lebih dari sekadar autarkia dan kebebasan dari keresahan.
Kelebihan : Stoa-lah yang mampu berfikir dalam wawasan umat manusia dan menganggap segenap orang sebagai anggota persaudaraan umat manusia. (Humanisme etika). Tanda kebijaksanaan yang sejati adalah bahwa manusia menerima dengan tenang dan positif keterkaitannya dengan hukum kodrat.

5.      AUGUSTINUS : “CINTAILAH DAN LAKUKANLAH APA YANG KAU KEHENDAKI”
Dasar Teori : Aliran MANIKEISME, suatu aliran berasal dari persia yang ajarannya duralistik. Aliran ini menyatakan bahwa realitas terdiri atas dua prinsip dasar: yang baik, yaitu cahaya, Allah, atau roh dan yang jahat, kegelapan atau materi.
Konsep Etika : Bagi Augustinus hidup yang baik dalam arti moral adalah hidup menuju kebahagiaan. Etika dalam pengertian Augustinus adalah ajaran tentang hidup bahagia. Menurut Augustinus, kita dengan sendirinya tertarik kepada yang baik. Bahwa manusia mempunyai kehendak yang bebas berarti bahwa manusia dapat memilih antara yang baik dan yang buruk. Menurut Augustinus, Allah melihat hati orang, dan hati orang itulah yang menentukan. Yang menentukan itulah sikap dan maksud batin. Dalam etika Augustinus, tiga unsur kunci yaitu : KEWAJIBAN MORAL, IDENTITAS DIRI, KEBAHAGIAAN.
Kelemahan : Kehendak manusia dari dalam diperlemah oleh daya tarik NAFSU-NAFSU RENDAH (Concupiscentia). Manusia sendiri menurut Augustinus tidak dapat menyelamatkan diri dari nafsu-nafsu rendah itu. Kehendaknya sudah terlalu lemah.
Kelebihan : kemantapan kehendak manusia dalam sikap-sikap baik, jadi kebebasan kehendak dari keterikatan pada Concupiscentia.

6.      THOMAS AQUINAS : “KEBAHAGIAAN DAN HUKUM KODRAT”
Dasar Teori : Thomas Aquinas berhasil mempersatukan ajaran-ajaran Augustinus. Thomas Aquinaslah yang menjadikan Aristoteles dasar pemikiran nya, tetapi dengan tidak menyingkirkan gagasan dasar Augustinus. Ia memperlihatkan bahwa atas dasar kerangka pikiran Aristoteles teologi Augustinus dapat diberi pendasaran yang lebih mantap.
Konsep Etika : Etika Thomas Aquinas bersifat EUDEMONISTIK dan TEONOM. Eudemonistik karena dengan hidup menurut hukum kodrat kita dapat semakin bahagia; dan teonom karena kita sekaligus taat kepada hukum abadi, hukum Allah).
Etika Thomas adalah etika yang berkaitan erat dengan iman kepercayaan kepada Allah pencipta, bahwa etika itu memungkinkan orang menemukan garis hidup yang masuk akal tanpa mengandalkan kepercayaan atau keyakinan agama tertentu.
Kelemahan : Tidak terletak dalam polanya, melainkan dalam paham-pahamnya. Kodrat manusia terdiri atas apa? Pertanyaan ini pertanyaan kunci karena daripadanya tergantung bagaimana manusia harus hidup.
Kelebihan : Adalah bahwa dia tidak sekedar merupakan etika peraturan. Artinya moralitas dianggap sebagai sederetan peraturan yang diberikan Tuhan dan karena itu harus di taati oleh manusia.

7.      BARUCH SPINOZA : “TUHAN atau ALAM”
Dasar Teori : Segala apa yang ada adalah satu dan sama. Oleh karena itu, filsafat Spinoza merupakan FILSAFAT IDENTITAS. Oleh karena itu, mengapa Spizoa disebut ateis: ia tidak mengakui adanya Allah dalam arti biasa, sebagai “pencipta alam”, yang bisa juga tanpa alam. Lebih tepat ia disebut penganut PANTEISME yang MONISTIK, yaitu pengertian bahwa Allah adalah segala-galanya, tak terpisah, sedemikian rupa hingga antara Allah dan alam tidak mungkin diadakan pemisah sedikitpun. Ajaran itu memutlakkan imanensi dan menyangkal trasendensi.
Konsep Etika : Manusia adalah bagian alam, apa yang dialaminya merupakan kejadian niscaya, dengan kepastian hukum-hukum ilmu ukur. Jiwa dan badan, roh dan tubuh adalah sama. Disini etika Spinoza mencapai puncaknya. Etika Spinoza adalah etika orang dalam kesendirian. Semua sikap akhirnya hanya mengacu kepada ketenangan yang dicapai, segi orang lain yang menantang kita, merangsang kita untuk membuka hati, membebaskan diri dari kesempitan diri kita sendiri, itu semua tidak mendapat tempat.
Kelemahan : Secara konsekuen Spinoza menyangkal adanya teleology dalam alam: tak ada yang terjadi demi  pencapaian tujuan tertentu. Segala yang terjadi berdasarka causalitas efficiens, sebab-sebab kausal yang mutlak. Dampak pemikiran Spinoza pada filsafat Barat selanjutnya hamper tidak dapat dilebih-lebihkan meskipun membutuhkan lebih dari seratus tahun sebelum menyatakan diri.
Kelebihan : Spinoza mengembangkan filsafatnya secara apriori, dengan “cara ilmu ukur” (more geometric). Karena itu, jiwa filsafat Spinoza terletak dalam ajarannya tentang KENISCAYAAN MUTLAK. Karena segala yang ada merupakan uraian mutlak Allah yang mutlak pada diri sendiri dan tidak ada unsur kebetulan sedikitpun.

8.      JOSEPH BUTLER : “CINTA DIRI TENANG”
Dasar Teori : Distingsi antara dorongan-dorongan spontan di satu pihak baik yang merusak maupun yang positif dan mendukung sikap baik terhadap orang lain serta pertimbangan rasional dan “cinta diri tenang” di lain pihak, serta relevansi distingsi itu dibagi penilaian terhadap moralitas merupakan salah satu penemuan besar dalam teori etika. Yang merendahkan dan sering sampai menghancurkan manusia bukanlah perhatian terhadap kepentingannya, melainkan kalau ia membiarkan diri dikuasai oleh nafsu-nafsu. Karena itu, Butler mengatasi moralisme yang selalu hanya menekankan kebaikan terhadap orang lain dan tidak memberikan tempat bagi perhatian wajar terhadap dirinya sendiri.
Konsep Etika : Butler disebut karena ia berhasil menyingkap beberapa pandangan filsafati serta menjelaskan beberapa struktur dalam manusia yang relevan bagi etika. Butler memperhatikan bahwa setiap dorongan batin mempunyai objeknya sendiri, yang sering kaitanya dengan kepentingan kita, misalnya nafsu dendam untuk membalas tidak memperhatikan apakah hal itu bijaksana atau tidak.
Kelemahan : Kelemahan tentang teori perasaan moral adalah bahwa suatu perasaan hanyalah sebuah kesan, sebuah kenyataan factual belaka.
Kelebihan : Salah satu jasa Butler adalah ia mengatasi anggapan bahwa moralitas pada hakekatnya merupakan perasaan. Moralitas pada hakikatnya bukan perasaan, melainkan kemampuan untuk merefleksi.

9.      DAVID HUME : “PERASAAN MORAL”
Dasar teori     : Menurut Hume, segala isi kesadaran berasal dari pengalaman indrawi. Hanya ada dua macam pengertian, yaitu pengalaman indrawi, baik dari luar maupun perasaan-perasaan batin, yang disebutnya impressions dan isi-isi hasil asosiasi impresi-impresi itu, yang disebutnya ideas atau gagasan.
Konsep Etika : Sesuai dengan sikapnya yang empiristik, Hume menolak segala sistem etika yang tidak berdasarkan fakta-fakta dan pengamatan-pengamatan empiris. Pendekatan empiristik Hume itu membawa implikasi langsung bahwa tidak ada dasar untuk bicara tentang “keharusan moral”.
Kelemahan : Ketidakmampuan Hume untuk menangani pertanyaan etika normatif secara memadai berdasarkan apriori teoretisnya, yaitu bahwa pengetahuan sah terbatas pada pengalaman empiris.
Kelebihan : Hume tampaknya menunjukan bahwa satu-satunya nilai positif adalah perasan nikmat, sedangkan semua nilai lain dapat dikembalikan kepada nikmat, seperti nilai kegunaan, atau dibuang sebagai nilai semu saja.

10.  IMMANUEL KANT : “HUKUM MORAL DI BATINKU”
Dasar teori     : Karya kritis pertama Kant adalah kritik terhadap Akal Budi Murni. Dalam bukunya Kant melakukan “revolusi Kopernikan di bidang filsafat”: sebagaimana kopernikus menjatuhkan gambaran dunia tradisional dengan mempermaklumkan bahwa bukan matahari yang mengitari bumi melainkan bumi yang mengitari matahari, begitu pula Kant memutarbalikan paham tradisional tentang pengertian.
Konsep etika  : Kant mengandaikan paham kebaikan moral itu. Ia membuka penyelidikannya dengan sebuah pernyataan tentang apa yang baik tanpa pembatasan sama sekali. Yang baik tanpa pembatasan sama sekali hanyalah satu, KEHENDAK BAIK. Kehendak baik itu selalu baik dan dalam kebaikannya tidak tergantung pada sesuatu di luarnya.
Kelemahan : Etika Kant sejak semula sudah dituduh merupakan RIGORISME, artinya berlebihan kerasnya. Tuduhan itu mengacu kepada tuntutan Kant agar kewajiban dilakukan bukan karena hati kita tergerak, melainkan semata-mata demi keajiban.
Kelebihan : Dikatakan bahwa kebebasan –dan itu baru disadari di zaman modern-merupakan nilai yang berupa syarat bagi kebernilaian semua nilai lain.

11.  ARTHUR SCHOPENHAUER : “BELAS KASIH dan PENYANGKALAN DIRI”
Dasar Teori : Bagi  Schopenhauer, bidang noumenal itu bukan sebuah Ding an sich, melainkan kehendak dan kehendak merupakan realitas transcendental, artinya realitas noumenal, dibelakang realitas fenomenal atau empiris yang kita rasakan. Dunia adalah kehendak atau bayangan. Kehendak adalah realitas noumenal sebagai dasar, bayang-bayangan adalah penjabaran dialam fenomenal.  Schopenhauer membahas tentang Principum individuations, yaitu prinsip pengindividuasian yang menyabarpecahkan kehendak transendentaldalam ruang dan waktu dimana segala apa yang terjadi hanya dapat dipahami  melalui prinsip sebabyang mencukupi menurut prinsip kausal. Menurutnya perasaan kita dengan bebas menentukan diri kita sendiri merupakan ilusi dan kita sendiri tidak memiliki kehendak bebas.
Konsep Etika : Titik tolak etika Schopenhauer adalah situasi dimana manusia menemukan diri. Menurutnya hidup adalah menderita. Tak ada tujuan yang memuaskan kita. Kita senantiasa resah, dasar keresahan adalah ketidaksesuaian dinamika kehendak yang semesta dengan tujuan-tujuan empiris yang terbatas,kepadanya kehendak kita diarahkan. Etika Arthur Schopenhauer adalah etika penebusan. Untuk penebusan Arthur Schopenhauer menawarkan dua pilihan 1. Hanya untuk sementara (adalah seni. Orang yang genial,sang jenius, mampu untuk komntemplasi estetik), 2. Sebgai jalan definitive. Hakikat kehidupan adalah penderitaan karena kehidupan adalah ketaktersampaian. Sumber segala malapetaka adlah hidup itu sendiri. Penebusan manusia adalah penyngkalan diri. Kita harus berhenti mau hidup. Etika itu menuntut agar manusia melakukan matiraga, agar bertapa sehingga dapat membebaskan diri dari keterikatan pada dirinya sendiri. Arthur Schopenhauer menolak bunuh diri. Menurutnya itu adalah tindakan yang dimotivasi oleh ketakutan, justru bukan penjelmaan sikap pelepasan diri. Dia menegaskan bahwa etika harus bersih dari harapan atas ganjaran.
Kelemahan : Secara eksplisit memusuhi hidup. Titik tolaknya pengandaian pesimistikbahwa sumber segala penderitaan manusia adalah kehendak. Anggapan bahwa hidup sendiri adalah dosa asal. Etikanya berpusat pada penyangkalan diri.
Kelebihan : Adanya ajaran belas kasih sebagai sikap dasar moral terhadap orang lain. Berhasil merumuskan arah pemikiran filosofis yang menunjuk kemasa depan.

12.  JOHN STUART MILL : “PRINSIP KEGUNAAN”
Dasar Teori : Utilitarisme bertolak dari situasi dimana berhadapan dengan pelbagai kemungkinan untuk bertindak  dan kita tidak tahu akternatif mana yang akan kita pilih. Tolak ukur tindakan bermoral terdiri dari empat yaitu : Deontologist yaitu moralitas suatu tindakan melekat pada tindakan itu sendiri. Apa yang baik bagi dirinya sendiri.
Prinsip utilitarisme adalah pencarian nikmat yang merupakan tolak ukur moralitas dan sebagai penolakan terhadap anggapan bahwa tujuan manusia adalah nikmat jasmani.lebih menguntungkan  dilihat dari kepentingan.
Kelemahan : Masalah yang terbesar adalah bahwa ia tidak memuat prinsip tentang pembagian manfaat yang mau dicapai.
Kelebihan : Utilitarisme dapat mengatasi tentang dua prinsip moral yang saling bertentangan, menurut perasaan moral, prinsip-prinsip moral kadang-kadang ada kecualinya yaitu dengan membuat anggapan tentang perbuatan mana yang lebih menguntungan dilihat dari kepentingan semua yang bersangkutan.

13.  FRIEDRICH NIETZSCHE : “MORALITAS TUAN LAWAN MORALITAS BUDAK”
Dasar teori : Nietzsche secara fanatik menyangkal adanya Allah bukan berdasarkan pertimbangan filosofis-rasional, malinkan karena dengan adanya Allah ia tidak melihat ruang bagi pengembangan diri manusia (gagasan ini kemudian menjadi inti ateisme Sartre). Moralitas kristiani oleh Nietzsche dianggap MORALITAS khas BUDAK. MORALITAS BUDAK adalah moralitas orang kecil, masal, lemah, moralitas orang yang tidak mampu untuk bangkit dan menentukan hidupnya sendiri dan oleh karena itu lalu merasa sentimen atau iri terhadap mereka yang mampu, yang kuat. Untuk melawan moralitas budak itu, Nietzsche menempatkan MORALITAS TUAN. Dalam moralitas manusia tuan, ’baik’ adalah sama dengan ‘luhur’ dan ‘buruk’ sama dengan ‘hina’. Kritik Nietzsche terhadap pelbagai kebohongan dan kepalsuan dalam budaya masyarakat borjuis, termasuk budaya berpikir dan berfilsafat.
Kelebihan : Analisis Nietzsche dapat membuat kita menjadi lebih kritis terhadap mutu kualitas kita sendiri.
Kelemahan : Sulit untuk menghindari kecurigaan bawa contoh terbaik kemungkinan distorsi moralitas oleh sentimen adalah Nietzscge itu sendiri.

*Rangkuman Tugas Etika & Filsafat Komunikasi*
#Sumber buku : Penerbit Kanisius 1997

2 komentar:

Unknown mengatakan...

postingnya sangat bagus, sangat membantu para pembaca untuk memahami sekilas pemikiran etis filosofis para filsuf khususnya filsuf yang anda postingkan. membaca posting ini kita diajak untuk berpikir dan bertindak secara etis dan bagaimana bersikap kepada yang lain sebagai engkau (relasi aku-engkau, martin buber).

kak,,boleh saya minta tolong sama kaka?? kak, di mana saya boleh menemukan buku etika agustinus (bertanggungjawab terhadap yang lain dan tentang hidup bahagia), robert spaemann, 2000, happines and benefolence.
ada sama kaka? atau kaka tau keberadaannya di mana?
kak,,tolong bantu aku ya...! pleaseee!!!

Unknown mengatakan...

mungkin bisa diterakna dari mana sumber bacaan yang anda ambil sebagai rujukan tulisan anda

Posting Komentar